Pahlawan bukanlah orang yang yang hanya terus-menerus bertarung hakikatnya pahlawan adalah orang yang memperjuangkan kebenaran baik pada saat dia bertarung maupun tidak, namun tentu saja hanya bisa disebut pahlawan jika ada yang mereka perjuangkan, para super hero khayalan saja masih disebut pahlawan walaupun apa yang mereka perjuangkan hanyalah fiktif belaka, namun bukankah menyedihkan jika pahlawan yang nyata amat sangat sedikit yang mengetahuinya, pahlawan yang membela kebenaran dan amat sangat mencintai ilmu bahkan sejak belia, yang bahkan rela tidur didepan rumah orang untuk menimba ilmu, penasaran simak kisah berikut ini   

"Ya Ghulam, maukah kau mendengar beberapa kalimat yang sangat berguna?"tanya Rasulullah suatu ketika pada seorang pemuda kecil.

 "Jagalah (ajaran-ajaran) Allah niscaya kamu akan mendapatkan-Nya selalu menjagamu. Jagalah (larangan-larangan) Allah maka kamu akan mendapati-Nya selalu dekat di hadapanmu."pemuda kecil itu termangu di depan Rasulullah. Ia memusatkan perhatian pada setiap patah kata yang keluar dari bibir manusia paling mulia itu.

"Kenalilah Allah dalam sukamu, maka Allah akan mengenalimu dalam duka. Bila kamu meminta, mintalah kepada-Nya. Jika kamu butuh pertolongan, memohonlah kepada-Nya. Semua hal telah selesai ditulis."

Pemuda beruntung itu adalah Abdullah bin Abbas. Ibnu Abbas, begitu ia biasa dipanggil, dalam sehari itu ia menerima banyak ilmu. Bak kata pepatah, sekali dayung tiga empat pulau terlampaui, wejangan Rasulullah saat itu telah memenuhi rasa ingin tahunya. Pelajaran akidah, ilmu dan amal sekaligus ia terima dalam sekali pertemuan.

Hidup bersama Rasulullah benar-benar telah membentuk karakter dan sifatnya. Suatu ketika, benaknya dipenuhi rasa ingin tahu yang besar tentang bagaimana cara Rasulullah shalat. Malam itu, ia sengaja menginap di rumah bibinya, Maimunah binti Al-Harits, istri Rasulullah.

Sepanjang malam ia berjaga, sampai terdengar olehnya Rasulullah bangun untuk menunaikan shalat. Ia segera mengambil air untuk bekal wudhu Rasulullah. Di tengah malam buta itu, betapa terkejutnya Rasulullah menemukan Abdullah bin Abbas masih terjaga dan menyediakan air wudhu untuknya, rasa bangga dan kagum menyatu dalam dada Rasulullah. Beliau menghampiri Ibnu Abbas, dan dengan lembut dielusnya kepala bocah belia itu.

https://www.google.com/imgres?imgurl=https%3A%2F%2Fstatic.inilah.com%2Fdata%2Fberita%2Ffoto%2F2518145.jpg&imgrefurl=https%3A%2F%2Fmozaik.inilah.com%2Fread%2Fdetail%2F2518145%2Fhijrah-dari-kebodohan-kepada-ilmu-pengetahuan&docid=uxi_9c0Q-FIwrM&tbnid=PUO8uvEreNUJBM%3A&vet=10ahUKEwjj3PvDj7fkAhUWcCsKHcwwCuAQMwhiKBQwFA..i&w=600&h=300&safe=strict&bih=625&biw=1366&q=pencari%20ilmu&ved=0ahUKEwjj3PvDj7fkAhUWcCsKHcwwCuAQMwhiKBQwFA&iact=mrc&uact=8
Mozaik.inilah.com
"Ya Allah, berikan dia keahlian dalam agama-Mu, dan ajarilah ia tafsir kitab-Mu." Demikian doa Rasulullah.


Abdullah bin Abbas lahir tiga tahun sebelum Rasulullah hijrah. Saat Rasulullah wafat, ia masih sangat belia, 13 tahun umurnya. Semasa hidupnya, Rasulullah benar-benar akrab dengan mereka yang hampir seusia dengan Abdullah bin Abbas. Ada Ali bin Abi Thalib, Usamah bin Zaid dan sahabat-sahabat kecil lainnya.

Saat Rasulullah wafat, Ibnu Abbas benar-benar merasa kehilangan. Sosok yang menjadi panutannya, kini telah tiada. Walau demikian, ia tak mau berlama-lama tenggelam dalam kedukaan. Ibnu Abbas segera bangkit dari kedukaan. Meski Rasulullah telah berpulang, semangat jihad tak boleh berkurang. Maka ia pun mulai melakukan perburuan ilmu.

      Didatanginya para sahabat senior. Ia bertanya pada mereka tentang apa saja yang perlu ditimbanya. Tak hanya itu, ia juga mengajak sahabat-sahabat yang seusia dengannya untuk belajar pula. Tapi sayang, tak banyak yang mengikuti jejak Ibnu Abbas. Mereka merasa tidak yakin, apakah para sahabat senior itu mau memerhatikan mereka yang masih anak-anak.

           Walau demikian, Ibnu Abbas tak patah arang. Ia ketuk satu pintu dan berpindah ke pintu lain, dari rumah-rumah para sahabat Rasulullah. Tak jarang ia harus tidur di depan rumah mereka, karena para sahabat tengah istirahat. Namun betapa terkejutnya mereka begitu melihat Ibnu Abbas tidur di depan pintu rumah.

       "Wahai keponakan Rasulullah, kenapa tidak kami saja yang menemuimu?" kata para sahabat yang menemukan Ibnu Abbas di depan rumah mereka.

          "Tidak, akulah yang mesti mendatangi anda," jawabnya. 

        Kegigihannya membuatnya pantas disebut pahlawan, apa yang dia lakukan sangatlah berat untuk dicontoh, jangankan mengetuk satu-persatu pintu rumah untuk menimba ilmu anak zaman sekarang disuruh belajar saja susah. Begitu biasanya kata para orangtua sehabis membaca kisah ini namun bukannya termotivasi anaknya malah makin tidak mau belajar gegara kesal diceramahi oleh orangtuanya,
  
Terkadang ketika membaca kisah yang menginspirasi semacam ini ada keinginan dalam hati untuk mencontoh sang tokoh namun dikarenakan usia yang lanjut para orangtua hanya bisa mengharapan anaknya untuk menjadi seorang seperti Ibnu Abbas, namun yang namanya berharap itu harus ada usaha,

 Ibnu abbas itu tidak tiba-tiba menjadi sosok yang hebat semacam itu karena bimbingan dan ajaran Nabi Muhammad saw,lah yang menjadikannya sosok yang haus akan ilmu, karenanya tentu saja jika mengharapkan anak menjadi seorang Ibnu Abbas harusnya saat itu juga kita bersikap layaknya Nabi Muhammad saw dalam memperlakukan Ibnu Abbas, mungkin kita tidak akan menyamai performa Rasululullah dalam mendidik Ibnu Abbas  dan mungkin saja kita tak perlu menjadi Rasulullah saw,  untuk menjadikan anak kita seperti Ibnu Abbas karena menjadi seorang ibu seperti Lubabah Binti Al-Harith yang mampu melepaskan anaknya untuk menimba ilmu sampai kedpan rumah pintu orang itu tidak mudah lo. namun ketika kita sudah mengambil tindakan untuk mencontoh bagaimana perlakuan Rasulullah terhadap Ibnu Abbas itu artinya kita sudah selangkah untuk mewujudkan harapan, 

Tentu saja hasil akhir ada ditangan orang yang akan mewujudkan harapan itu, apakah dia akan menjadi seperti Ibnu Abbas yang semasa hidupnya sibuk menimba ilmu yang pada suatu peristiwa ilmunya benar-benar bermanfaat untuk menyadarkan orang-orang Khawarij untuk kembali kejalan kebenaran, atau bisa juga menjadi sahabat-sahabat yang juga pahlawan dalam bidangnya masing-masing, hanya Allah yang tahu.