Ad Code

Responsive Advertisement

Pendidikan Rasulullah: Perspektif Hadist

Bismillahirrahmanirrahim 

Pendidikan secara umum dapat diartikan sebagai proses transfer pengetahuan antara orang yang mengetahui kepada orang yang belum tahu. Pendidikan yang saat ini terjadi di berbagai belahan dunia adalah suatu model pendidikan yang dirancang oleh peradaban barat semata-mata hanya untuk meraup keuntungan duniawi dalam kehidupan yang singkat ini, dapat kita lihat buktinya disekitar kita sehari-hari, berapa banyak orang menuntut ilmu namun setelah selesai menuntut ilmu yang mereka kerjakan adalah bekerja dan mencari uang sebanyak-banyaknya. Mirisnya adalah mayoritas orang yang melakukan hal tersebut yang dapat kita lihat disekitar kita adalah saudara kita sesama muslim, karenanya bagi kita pribadi muslim hal ini hakikatnya keliru, sebab pendidikan seharusnya menjadikan seseorang mampu memahami bahwa dunia ini sementara dan kenikmatan abadi terletak di surga, maka dari itu  daripada memperkaya diri seharusnya pribadi yang terdidik atau pribadi yang telah menjalani suatu proses pendidikan lebih fokus dalam memperbanyak amal dan sebisa mungkin hidup dengan berkecukupan dan menghindari menumpuk numpuk harta sebab mereka menyadari bahwa segalanya akan dimintai pertanggung jawaban bahkan amal sebesar biji zarrah-pun akan dimintai pertanggung jawaban. 

Realitas pendidikan yang hari ini kita lihat tentu membuat kita bertanya-tanya bagaimana seharusnya pendidikan yang benar itu dilakukan?. Untuk menjawab pertanyaan tersebut saya hadirkan sedikit daripada apa yang saya pahami terkait pendidikan yang ideal dari sosok paling mulia dimuka bumi yakni Rasulullah Shalallahu alaihi wassalam, dengan menggunakan hadist sebagai perspektif utamanya agar dapat membahas problematika ini dengan lebih komprehensif.
 

I. Metode Rasulullah dalam Mendidikan sahabat

Yang hari ini menjadi penghambat kemajuan pendidikan diberbagai negeri muslim adalah kurangnya pendekatan metodologis berdasarkan hadist-hadist nabi sehingga proses pembelajaran umumnya terasa begitu membosankan bagi peserta didik, padahal Rasulullah menggunakan beberapa metode untuk mendidik para sahabat diantaranya :

1. Metode Peragaan 

حَدَّثَنَا عَبْدُ اللَّهِ بْنُ عَبْدِ الْوَهَّابِ قَالَ حَدَّثَنِي عَبْدُ الْعَزِيزِ بْنُ أَبِي حَازِمٍ قَالَ حَدَّثَنِي أَبِي قَالَ سَمِعْتُ سَهْلَ بْنَ سَعْدٍ عَنْ النَّبِيِّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ قَالَ أَنَا وَكَافِلُ الْيَتِيمِ فِي الْجَنَّةِ هَكَذَا وَقَالَ بِإِصْبَعَيْهِ السَّبَّابَةِ وَالْوُسْطَى

Telah menceritakan kepada kami Abdullah bin Abdul Wahab, ia berkata: Telah menceritakan kepadaku Abdul Aziz bin Abi Hazim, ia berkata: Telah menceritakan kepadaku Ayahku, ia berkata: Aku mendengar Sahl bin Sa'ad, dari Nabi ﷺ, beliau bersabda, "Aku dan orang yang menanggung anak yatim berada di surga seperti ini." Beliau mengisyaratkan dengan kedua jarinya, yaitu telunjuk dan jari tengah."

HR. Bukhari No.6005, Derajat : Shahih, Kitab Adab, Bab Keutamaan mengasuh anak yatim.

2. Metode Perumpamaan: 

حَدَّثَنَا قُتَيْبَةُ حَدَّثَنَا أَبُو عَوَانَةَ عَنْ قَتَادَةَ عَنْ أَنَسٍ عَنْ أَبِي مُوسَى الْأَشْعَرِيِّ قَالَ قَالَ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ مَثَلُ الْمُؤْمِنِ الَّذِي يَقْرَأُ الْقُرْآنَ كَمَثَلِ الْأُتْرُجَّةِ رِيحُهَا طَيِّبٌ وَطَعْمُهَا طَيِّبٌ وَمَثَلُ الْمُؤْمِنِ الَّذِي لَا يَقْرَأُ الْقُرْآنَ كَمَثَلِ التَّمْرَةِ لَا رِيحَ لَهَا وَطَعْمُهَا حُلْوٌ وَمَثَلُ الْمُنَافِقِ الَّذِي يَقْرَأُ الْقُرْآنَ مَثَلُ الرَّيْحَانَةِ رِيحُهَا طَيِّبٌ وَطَعْمُهَا مُرٌّ وَمَثَلُ الْمُنَافِقِ الَّذِي لَا يَقْرَأُ الْقُرْآنَ كَمَثَلِ الْحَنْظَلَةِ لَيْسَ لَهَا رِيحٌ وَطَعْمُهَا مُرٌّ


Telah menceritakan kepada kami Qutaibah berkata, telah menceritakan kepada kami Abu Awanah dari Qatadah dari Anas dari Abu Musa Al Asy'ari ia berkata, "Rasulullah bersabda, 'Perumpamaan seorang Mukmin yang suka membaca Al-Qur'an seperti buah Utrujah, baunya harum dan rasanya enak. Perumpamaan seorang Mukmin yang tidak suka membaca Al-Qur'an seperti buah kurma, tidak berbau namun rasanya manis. Perumpamaan seorang Munafik yang suka membaca Al-Qur'an seperti buah raihanah, baunya harum tapi rasanya pahit. Dan Perumpamaan seorang Munafik yang tidak suka membaca Al-Qur'an seperti buah hanzhalah, tidak berbau dan rasanya pahit.'

HR. Bukhari No. 5427, Derajat : Shahih, Kitab Makanan, Bab. Penjelasan tentang makanan.

3. Metode Diskusi 

حَدَّثَنَا قُتَيْبَةُ بْنُ سَعِيدٍ وَعَلِيُّ بْنُ حُجْرٍ قَالَا حَدَّثَنَا إِسْمَعِيلُ وَهُوَ ابْنُ جَعْفَرٍ عَنْ الْعَلَاءِ عَنْ أَبِيهِ عَنْ أَبِي هُرَيْرَةَ أَنَّ رَسُولَ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ قَالَ أَتَدْرُونَ مَا الْمُفْلِسُ قَالُوا الْمُفْلِسُ فِينَا مَنْ لَا دِرْهَمَ لَهُ وَلَا مَتَاعَ فَقَالَ إِنَّ الْمُفْلِسَ مِنْ أُمَّتِي يَأْتِي يَوْمَ الْقِيَامَةِ بِصَلَاةٍ وَصِيَامٍ وَزَكَاةٍ وَيَأْتِي قَدْ شَتَمَ هَذَا وَقَذَفَ هَذَا وَأَكَلَ مَالَ هَذَا وَسَفَكَ دَمَ هَذَا وَضَرَبَ هَذَا فَيُعْطَى هَذَا مِنْ حَسَنَاتِهِ وَهَذَا مِنْ حَسَنَاتِهِ فَإِنْ فَنِيَتْ حَسَنَاتُهُ قَبْلَ أَنْ يُقْضَى مَا عَلَيْهِ أُخِذَ مِنْ خَطَايَاهُمْ فَطُرِحَتْ عَلَيْهِ ثُمَّ طُرِحَ فِي النَّارِ

Telah menceritakan kepada kami Qutaibah bin Sa'id dan 'Ali bin Hujr keduanya berkata, telah menceritakan kepada kami Isma'il yaitu Ibnu Ja'far dari Al A'laa dari Bapaknya dari Abu Hurairah bahwa Rasulullah ﷺ pernah bertanya kepada para sahabat, "Tahukah kalian, siapakah orang yang bangkrut itu?" Para sahabat menjawab, 'Menurut kami, orang yang banqgkrut diantara kami adalah orang yang tidak memiliki uang dan harta kekayaan.' Rasulullah ﷺ bersabda, 'Sesungguhnya umatku yang bangkrut adalah orang yang pada hari kiamat datang dengan salat, puasa, dan zakat, tetapi ia selalu mencaci-maki, menuduh, dan makan harta orang lain serta membunuh dan menyakiti orang lain. Setelah itu, pahalanya diambil untuk diberikan kepada setiap orang dari mereka hingga pahalanya habis, sementara tuntutan mereka banyak yang belum terpenuhi. Selanjutnya, sebagian dosa dari setiap orang dari mereka diambil untuk dibebankan kepada orang tersebut, hingga akhirnya ia dilemparkan ke neraka.'

HR. Bukhari No. 2581, Derajat : Shahih, Kitab : Menyambung tali silaturahmi dan adab, Bab : Haramnya kezhaliman

Dari ketiga hadist diatas dapat kita pahami bahwa Rasulullah Shalallahu alaihi wassalam, punya berbagai metode untuk memberikan pemahaman yang baik dan benar serta mudah dimengerti oleh para sahabat. 

II. Nilai-nilai pendidikan yang dipraktekkan Rasulullah Shalallahu alaihi wassalam

Setelah metode penting juga untuk memperhatikan nilai-nilai pendidikan yang kita berikan pada peserta didik, terutama melihat kenyataan hari ini, dimana banyak pribadi yang belum memiliki nilai-nilai pendidikan yang baik dalam hidupnya, baik itu karena kurangnya peran guru maupun buruknya kondisi lingkungan. Karenanya penting bagi kita untuk menelaah nilai-nilai pendidikan macam apa yang Nabi Muhammad Shalallahu alaihi wassalam berikan kepada para sahabat bukan sekedar dalam ranah teoritis namun juga bagaimana nabi mengimplementasikannya dalam proses pembelajaran para sahabat, berikut beberapa hadist yang membahas hal tersebut :

1. Nilai kejujuran

حَدَّثَنَا عُثْمَانُ بْنُ أَبِي شَيْبَةَ حَدَّثَنَا جَرِيرٌ عَنْ مَنْصُورٍ عَنْ أَبِي وَائِلٍ عَنْ عَبْدِ اللَّهِ رَضِيَ اللَّهُ عَنْهُ عَنْ النَّبِيِّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ قَالَ إِنَّ الصِّدْقَ يَهْدِي إِلَى الْبِرِّ وَإِنَّ الْبِرَّ يَهْدِي إِلَى الْجَنَّةِ وَإِنَّ الرَّجُلَ لَيَصْدُقُ حَتَّى يَكُونَ صِدِّيقًا وَإِنَّ الْكَذِبَ يَهْدِي إِلَى الْفُجُورِ وَإِنَّ الْفُجُورَ يَهْدِي إِلَى النَّارِ وَإِنَّ الرَّجُلَ لَيَكْذِبُ حَتَّى يُكْتَبَ عِنْدَ اللَّهِ كَذَّابًا

Telah menceritakan kepada kami Utsman bin Abu Syaibah, telah menceritakan kepada kami Jarir dari Manshur dari Abu Wa 'il dari Abdullah radhiallahu'anhu dari Nabi beliau bersabda, "Sesungguhnya kejujuran akan membimbing pada kebaikan, dan kebaikan itu akan membimbing ke surga, sesungguhnya jika seseorang yang senantiasa berlaku jujur hingga ia akan dicatat sebagai orang yang jujur. Dan sesungguhnya kedustaan itu akan mengantarkan pada kejahatan, dan sesungguhnya kejahatan itu akan menggiring ke neraka. Dan sesungguhnya jika seseorang yang selalu berdusta sehingga akan dicatat baginya sebagai seorang pendusta."

HR. Bukhari No. 6094, Derajat : Shahih, Fathul Bari, Kitab : Adab, Bab : Firman Allah Ta'aalaa : {Hai orang-orang yang beriman bertakwalah kepada Allah, dan hendaklah kamu bersama orang-orang yang benar.}
[Surat At-Taubah ayat 119]

2. Nilai keberanian

حَدَّثَنَا ابْنُ أَبِي عَدِيٌّ عَنْ سُلَيْمَانَ عَنْ أَبِي نَضْرَةَ عَنْ أَبِي سَعِيدٍ قَالَ قَالَ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ لَا يَمْنَعَنَّ أَحَدَكُمْ هَيْبَةُ النَّاسِ أَنْ يَقُولَ فِي حَقٌّ إِذَا رَآهُ أَوْ شَهِدَهُ أَوْ سَمِعَهُ قَالَ وَقَالَ أَبُو سَعِيدٍ وَدِدْتُ أَنِّي لَمْ أَسْمَعْهُ

Telah menceritakan kepada kami Ibnu Abu 'Adi dari Sulaiman dari Abu Nadhrah dari Abu Sa'id berkata, Rasulullah Shalallahu alaihi wassalam bersabda, "Janganlah salah seorang dari kalian terhalang oleh kebesaran manusia ketika hendak mengatakan kebenaran yang ia lihat, atau ia saksikan atau ia dengar, "Abu Nadhrah berkata, Abu Sa'id berkata, "Aku lebih senang seandainya aku tidak mendengarnya."

HR. Ahmad, No.10594, Derajat : Shahih, Kitab : Sisa musnad sahabat yang banyak meriwayatkan hadits, Bab :Musnad Abu Sa'id Al Khudri radhiallahuta'ala 'anhu

3. Nilai kasih sayang

حَدَّثَنَا زُهَيْرُ بْنُ حَرْبٍ وَمُحَمَّدُ بْنُ عَبْدِ اللَّهِ بْنِ نُمَيْرٍ وَاللَّفْظُ لِزُهَيْرٍ قَالَا حَدَّثَنَا إِسْمَعِيلُ وَهُوَ ابْنُ عُلَيَّةَ عَنْ أَيُّوبَ عَنْ عَمْرِو بْنِ سَعِيدٍ عَنْ أَنَسِ بْنِ مَالِكٍ قَالَ مَا رَأَيْتُ أَحَدًا كَانَ أَرْحَمَ بِالْعِيَالِ مِنْ رَسُولِ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ قَالَ كَانَ إِبْرَاهِيمُ مُسْتَرْضِعًا لَهُ فِي عَوَالِي الْمَدِينَةِ فَكَانَ يَنْطَلِقُ وَنَحْنُ مَعَهُ فَيَدْخُلُ الْبَيْتَ وَإِنَّهُ لَيُدَّخَنُ وَكَانَ ظِئْرُهُ قَيْنًا فَيَأْخُذُهُ فَيُقَبِّلُهُ ثُمَّ يَرْجِعُ قَالَ عَمْرٌو فَلَمَّا تُوُفِّيَ إِبْرَاهِيمُ قَالَ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ إِنَّ إِبْرَاهِيمَ ابْنِي وَإِنَّهُ مَاتَ فِي الثَّدْيِ وَإِنَّ لَهُ لَظِئْرَيْنِ تُكَمِّلَانِ رَضَاعَهُ فِي الْجَنَّةِ

Telah menceritakan kepada kami Zuhair bin Harb dan Muhammad bin Abdullah bin Numair lafazh ini milik Zuhair keduanya berkata, telah menceritakan kepada kami Ismail yaitu Ibnu 'Ulayyah dari Ayyub dari Amru bin Sa'id dari Anas bin Malik dia berkata, "Tidak pernah kulihat orang yang lebih penyayang terhadap keluarganya melebihi Rasulullah. Anas berkata, Ibrahim (anak beliau) disusukan pada suatu keluarga di sebuah kampung di perbukitan Madinah. Pada suatu hari beliau pergi menengoknya, dan kami ikut bersama beliau. Beliau masuk ke rumah yang kala itu penuh dengan asap, karena orang tua pengasuh Ibrahim adalah seorang tukang pandai besi. Kemudian Nabi Muhammad Shalallahu alaihi wassalam menggendong Ibrahim seraya menciumnya, setelah itu beliau pun pulang. Kata 'Amru, "Tatkala Ibrahim wafat, Rasulullah bersabda, "Sesungguhnya Ibrahim adalah anakku. Dia meninggal dalam usia menyusu. Kedua orang tua pengasuhnya akan menyempurnakan susuannya nanti di surga."

HR. Bukhari No.2316, Derajat : Shahih, Kitab Keutamaan (Al-Fadhail), Bab : Kasih sayang Nabi kepada anak kecil dan keluarganya


Keberanian, Kejujuran dan kasih sayang adalah hal yang amat kangsa saat ini, banyak orang kehilangan nilai-nilai tersebut dalam kehidupannya, salah satunya karena pendidikan pada umumnya tidak menekankan pada nilai-nilai tersebut. Hal ini membuat kita sadar bahwa penting untuk memasukkan ketiga nilai diatas dalam pendidikan kita agar pendidikan yang dilakukan terhadap peserta didik adalah pendidikan yang sesuai dengan hadits-hadits Nabi Muhammad Shalallahu alaihi wassalam.

III.  Keutamaan menuntut ilmu berdasarkan hadits Rasul

Kurangnya pemahaman mayoritas pribadi saat ini tentang keutamaan menuntut ilmu membuat banyak pemuda-pemudi lebih memilih bekerja dengan berbekal ijazah SMA(Sekolah Menengah Atas), berpikir bahwa lebih penting mencari uang daripada menuntut ilmu, padahal ada ganjaran yang begitu besar bagi penuntut ilmu bilamana kita merujuk pada hadist-hadist Nabi Muhammad Shalallahu alaihi wasallam, beberapa diantaranya sebagai berikut :

1. Dimudahkan jalan menuju surga

حَدَّثَنَا مَحْمُودُ بْنُ غَيْلاَنَ، حَدَّثَنَا أَبُو أُسَامَةَ، عَنِ الأَعْمَشِ، عَنْ أَبِي صَالِحٍ، عَنْ أَبِي هُرَيْرَةَ، قَالَ قَالَ رَسُولُ اللَّهِ صلى الله عليه وسلم ‏ "‏ مَنْ سَلَكَ طَرِيقًا يَلْتَمِسُ فِيهِ عِلْمًا سَهَّلَ اللَّهُ لَهُ طَرِيقًا إِلَى الْجَنَّةِ ‏"‏ ‏.‏ قَالَ أَبُو عِيسَى هَذَا حَدِيثٌ حَسَنٌ ‏.‏ ‏.‏

Telah menceritakan kepada kami Mahmud bin Ghailan, telah menceritakan kepada kami Abu Usamah dari Al A'masy dari Abu Shalih dari Abu Hurairah dia berkata, Rasulullah bersabda :

 "Barang siapa berjalan di suatu jalan untuk mencari ilmu, niscaya Allah akan memudahkan baginya jalan ke surga." Abu Isa berkata, 'Ini adalah hadits hasan.'

H.R Tirmidzi No. 2646, Sunan Tirmidzi, Kitab : Ilmu tentang Rasulullah shalallahu alayhi wasallam, Bab : Apa yang disebutkan tentang keutamaan mencari ilmu.

2. Menuntut ilmu adalah kewajiban

حَدَّثَنَا هِشَامُ بْنُ عَمَّارٍ حَدَّثَنَا حَفْصُ بْنُ سُلَيْمَانَ حَدَّثَنَا كَثِيرُ بْنُ شِنْظِيرٍ عَنْ مُحَمَّدِ بْنِ سِيرِينَ عَنْ أَنَسِ بْنِ مَالِكٍ قَالَ قَالَ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ طَلَبُ الْعِلْمِ فَرِيضَةٌ عَلَى كُلِّ مُسْلِمٍ وَوَاضِعُ الْعِلْمِ عِنْدَ غَيْرِ أَهْلِهِ كَمُقَلِّدِ الْخَنَازِيرِ الْجَوْهَرَ وَاللُّؤْلُؤَ وَالذَّهَبَ

Telah menceritakan kepada kami Hisyam bin Ammar berkata, telah menceritakan kepada kami Hafsh bin Sulaiman berkata, telah menceritakan kepada kami Katsir bin Syinzhir dari Muhammad bin Sirin dari Anas bin Malik ia berkata, Rasulullah bersabda, "Menuntut ilmu adalah kewajiban bagi setiap muslim. Dan orang yang meletakkan ilmu bukan pada ahlinya, seperti seorang yang mengalungkan mutiara, intan dan emas ke leher babi."

HR. Ibnu Majah, No. 224, Derajat: Shahih, Kitab : Iman, keutamaan para shahabat dan ilmu, Bab : Keutamaan ulama dan dorongan untuk menuntut ilmu. 


3. Pahalanya tetap mengalir meskipun sudah wafat 

حَدَّثَنَا يَحْيَى بْنُ أَيُّوبَ وَقُتَيْبَةُ يَعْنِي ابْنَ سَعِيدٍ وَابْنُ حُجْرٍ قَالُوا حَدَّثَنَا إِسْمَعِيلُ هُوَ ابْنُ جَعْفَرٍ عَنْ الْعَلَاءِ عَنْ أَبِيهِ عَنْ أَبِي هُرَيْرَةَ أَنَّ رَسُولَ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ قَالَ إِذَا مَاتَ الْإِنْسَانُ انْقَطَعَ عَنْهُ عَمَلُهُ إِلَّا مِنْ ثَلَاثَةٍ إِلَّا مِنْ صَدَقَةٍ جَارِيَةٍ أَوْ عِلْمٍ يُنْتَفَعُ بِهِ أَوْ وَلَدٍ صَالِحٍ يَدْعُو لَهُ

Telah menceritakan kepada kami Yahya bin Ayyub, Qutaibah bin Sa'id dan Ibnu Hujr, mereka berkata: Telah menceritakan kepada kami Isma'il bin Ja'far, dari al-'Ala', dari Ayahnya, dari Abu Hurairah, bahwa الله Rasulullah bersabda: "Apabila salah seorang meninggal dunia, maka terputuslah segala amalannya kecuali tiga perkara, yaitu; sedekah yang terus-menerus mengalir, ilmu yang bermanfaat dan anak saleh yang selalu mendoakannya."

HR. Muslim, No. 1631, Derajat : Shahih, Kitab : Wasiat, Bab : Amalan yang bisa sampai kepada mayat setelah meninggal 

Beberapa diantara tiga hadist diatas mungkin sudah pernah terdengar oleh telinga kita, apalagi kalau terbiasa mengikuti kajian Islam, baik secara daring maupun luring. Namun faktanya masih sedikit individu di Indonesia terutama yang menjadikan hadits-hadits tersebut sebagai motivasi dalam menuntut ilmu, bahkan tak sedikit yang tidak mengetahui apa saja keutamaan menuntut ilmu menurut hadist nabi.

IV. Materi-materi pendidikan Rasulullah Shalallahu alaihi wassalam

Penting juga bagi kita untuk mengetahui materi seperti apa yang Nabi sampaikan kepada para sahabat, agar dalam proses pembelajaran menuntut tidak menjadi suatu kegiatan yang membosankan untuk dilakukan, sebab sebagaimana yang kita semua ketahui, banyak orang terutama, pemuda-pemuda remaja yang sedang dalam masa peralihan dari kanak-kanak menuju dewasa yang hobi untuk meninggalkan proses pembelajaran di sekolah yang fenomena ini dikenal di Indonesia dengan sebutan "cabut". Bila kita melihat kepada hadist nabi tentang materi pendidikan, tentu akan kita temuka beberapa variasi materi yang digunakan nabi Muhammad Shalallahu alaihi wasalam dalam pendidikan para sahabat yang harus menjadi contoh bagi kita semua agar dapat membuat proses pembelajaran menjadi tidak membosankan, diantara hadistnya adalah sebagai berikut :

1. Materi Aqidah 

حَدَّثَنَا مُحَمَّدُ بْنُ الْمُثَنَّى قَالَ حَدَّثَنَا عَبْدُ الْوَهَّابِ الثَّقَفِيُّ قَالَ حَدَّثَنَا أَيُّوبُ عَنْ أَبِي قِلَابَةَ عَنْ أَنَسِ بْنِ مَالِكٍ رَضِيَ اللَّهُ عَنْهُ عَنْ النَّبِيِّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ قَالَ ثَلَاثُ مَنْ كُنَّ فِيهِ وَجَدَ حَلَاوَةَ الْإِيمَانِ أَنْ يَكُونَ اللَّهُ وَرَسُولُهُ أَحَبَّ إِلَيْهِ مِمَّا سِوَاهُمَا وَأَنْ يُحِبُّ الْمَرْءَ لَا يُحِبُّهُ إِلَّا لِلَّهِ وَأَنْ يَكْرَهَ أَنْ يَعُودَ فِي الْكُفْرِ كَمَا يَكْرَهُ أَنْ يُقْذَفَ فِي النَّارِ

Telah menceritakan kepada kami Muhammad bin Al Mutsanna berkata, telah menceritakan kepada kami Abdul Wahhab Ats Tsaqafi berkata, telah menceritakan kepada kami Ayyub dari Abu Qilabah dari Anas bin Malik dari Nabi, beliau bersabda, "Tiga perkara yang apabila ada pada diri seseorang, ia akan mendapatkan manisnya iman: Dijadikannya Allah dan rasul-Nya lebih dicintainya dari selain keduanya. Jika ia mencintai seseorang, dia tidak mencintainya kecuali karena Allah. Dan dia benci kembali kepada kekufuran seperti dia benci bila dilempar ke neraka"

HR. Bukhari No. 16, Derajat : Shahih, Kitab : Iman, Bab : Manisnya iman

2. Materi Akhlaq

حَدَّثَنَا أَبُو كُرَيْبٍ حَدَّثَنَا عَبْدَةُ بْنُ سُلَيْمَانَ عَنْ مُحَمَّدِ بْنِ عَمْرٍو حَدَّثَنَا أَبُو سَلَمَةَ عَنْ أَبِي هُرَيْرَةَ قَالَ قَالَ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ أَكْمَلُ الْمُؤْمِنِينَ إِيمَانًا أَحْسَنُهُمْ خُلُقًا وَخِيَارُكُمْ خِيَارُكُمْ لِنِسَائِهِمْ خُلُقًا قَالَ وَفِي الْبَاب عَنْ عَائِشَةَ وَابْنِ عَبَّاسٍ قَالَ أَبُو عِيسَى حَدِيثُ أَبِي هُرَيْرَةَ هَذَا حَدِيثٌ حَسَنٌ صَحِيحٌ

Telah menceritakan kepada kami Abu Kuraib, ia berkata: Telah menceritakan kepada kami 'Abdah bin Sulaiman, dari Muhammad bin 'Amr, ia berkata: Telah menceritakan kepada kami Abu Salamah, dari Abu Hurairah, ia berkata: Rasulullah الله bersabda: "Seorang mukmin yang paling sempurna imannya adalah yang paling baik akhlaknya. Sebaik-baik kalian adalah yang paling baik terhadap para istrinya." Abu Isa berkata: "Terdapat hadis semakna yang diriwayatkan dari Aisyah dan Ibnu Abbas. Hadis Abu Hurairah merupakan hadis hasan sahih."

HR. Tirmidzi No. 1162, Derajat : Hasan Shahih, Kitab : Penyusuan, Bab : Hak istri atas suami

3. Materi Ibadah

حَدَّثَنَا أَبُو كُرَيْبٍ وَهَنَّادٌ وَقُتَيْبَةُ قَالُوا حَدَّثَنَا وَكِيعٌ عَنْ سُفْيَانَ حِ قَالَ و حَدَّثَنَا مُحَمَّدُ بْنُ بَشَّارٍ حَدَّثَنَا يَحْيَى بْنُ سَعِيدٍ قَالَ حَدَّثَنَا سُفْيَانُ عَنْ زَيْدِ بْنِ أَسْلَمَ عَنْ عَطَاءِ بْنِ يَسَارٍ عَنْ ابْنِ عَبَّاسٍ أَنَّ النَّبِيَّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ تَوَضَّأَ مَرَّةً مَرَّةً قَالَ أَبُو عِيسَى وَفِي الْبَاب عَنْ عُمَرَ وَجَابِرٍ وَبُرَيْدَةَ وَأَبِي رَافِعٍ وَابْنِ الْفَاكِهِ قَالَ أَبُو عِيسَى وَحَدِيثُ ابْنِ عَبَّاسٍ أَحْسَنُ شَيْءٍ فِي هَذَا الْبَابِ وَأَصَحُ وَرَوَى رِشْدِينُ بْنُ سَعْدٍ وَغَيْرُهُ هَذَا الْحَدِيثَ عَنْ الضَّحَاكِ بْنِ شُرَحْبِيلَ عَنْ زَيْدِ بْنِ أَسْلَمَ عَنْ أَبِيهِ عَنْ عُمَرَ بْنِ الْخَطَّابِ أَنَّ النَّبِيَّ صَلَّىاللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ تَوَضَّأَ مَرَّةً مَرَّةً قَالَ وَلَيْسَ هَذَا بِشَيْءٍ وَالصَّحِيحُ مَا رَوَى ابْنُ عَجْلَانَ وَهِشَامُ بْنُ سَعْدٍ وَسُفْيَانُ الثَّوْرِيُّ وَعَبْدُ الْعَزِيزِ بْنُ مُحَمَّدٍ عَنْ زَيْدِ بْنِ أَسْلَمَ عَنْ عَطَاءِ بْنِ يَسَارٍ عَنْ ابْنِ عَبَّاسٍ عَنْ النَّبِيِّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ

Telah menceritakan kepada kami Abu Kuraib, Hannad dan Qutaibah mereka berkata, telah menceritakan kepada kami Waki' dari Sufyan. Dan dari jalur yang lain disebutkan; telah menceritakan kepada kami Muhammad bin Basysyar berkata, telah menceritakan kepada kami Yahya bin Sa'id berkata, telah menceritakan kepada kami Sufyan dari Zaid bin Aslam dari 'Atho' bin Yasar dari Ibnu Abbas berkata, "Nabi Muhammad Shalallahu alaihi wassalam berwudu satu kali satu kali." Abu Isa berkata, "Dalam bab ini ada juga hadits dari Umar, Jabir, Buraidah, Abu Rafi' dan Ibnul Fakihi." Abu Isa berkata lagi, "Dan hadits riwayat Ibnu Abbas adalah yang paling baik dan paling shahih dalam bab ini. Risydin bin Sa'd dan yang lainnya meriwayatkan hadits ini dari Adl Dlahak bin Syurahbil, dari Zaid bin Aslam, dari bapaknya, dari Umar bin Khaththab berkata, "Nabi berwudu satu kali satu kali." Kemudian Abu Isa berkata, "Namun hadits ini tidak benar, sedangkan yang shahih adalah hadits yang diriwayatkan oleh Ibnu 'Ajlan, Hisyam bin Sa'd, Sufyan Ats Tsauri dan Abdul Aziz bin Muhammad, dari Zaid bin Aslam, dari 'Atho' bin Yasar, dari Ibnu Abbas, dari Nabi."

HR. Tirmidzi, No. 43, Derajat : Shahih,    Kitab : Bersuci, Bab : Wudu satu kali-satu kali.

Materi sebagai penopang proses pembelajaran amat penting untuk ditelaah, barangkali karena materi yang diajarkan diberbagai sekolah umum di Indonesia masih berfokus pada pendidikan umumlah yang membuat kurangnya pemahaman pemuda-pemudi Indonesia tentang materi-materi agama yang seharusnya bagi kita umat Islam paham akan materi-materi tersebut.

V. Hadist tentang mendidik anak

Para ahli barat sering menyatakan dalam karya-karya mereka bahwa fase paling ideal dan fenomenal bagi suatu individu untuk belajar ada pada sepuluh tahun pertama yang dikenal dengan sebutan "The Golden Age" fase ini ada pada masa kanak-kanak yang menjadi awal bagi setiap manusia untuk menjalani kehidupanya jika pendidikan yang tepat yang diajarkan pada fas ini maka kemungkinan besar individu tersebut akan tumbuh dalam bingkai pemikiran, perilaku, dan perasaan yang tepat pula, begitupun sebaliknya, bila buruk pendidikan yang didapat maka buruk pula hasilnya, hari ini kiranya dapat kita pahami mengapa pemikiran dan perilaku mayoritas pemuda di Indonesia sangat minim tentu karena terjangan modernisasi yang menyebabkan anak-anak lebih banyak membuang-buang waktu menggunakan gawai yang difasilitasi oleh masing-masing orangtua, ini jelas pendidikan yang tidak tepat, sebab sebagaimana perintah Allah dalam surah At-Tahrim ayat : 6, yakni perintah untuk menjaga diri sendiri dan keluarga dari api neraka, dan diantara cara menyelamatkan seorang anak dari api neraka adalah dengan mendidiknya, sehingga perlulah bagi kita pribadi muslim untuk menelaah kembali bagaimana pendidikan terhadap anak-anak itu dilakukan dengan kembali merujuk kepada hadist-hadist yang berkaitan dengan pendidikan anak diantara hadist tersebut ialah : 

1. Pendidikan kedisiplinan 

حَدَّثَنَا مُحَمَّدُ بْنُ عِيسَى يَعْنِي ابْنَ الطَّبَّاعِ حَدَّثَنَا إِبْرَاهِيمُ بْنُ سَعْدٍ عَنْ عَبْدِ الْمَلِكِ بْنِ الرَّبِيعِ بْنِ سَبْرَةَ عَنْ أَبِيهِ عَنْ جَدِّهِ قَالَ قَالَ النَّبِيُّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ مُرُوا الصَّبِيَّ بِالصَّلَاةِ إِذَا بَلَغَ سَبْعَ سِنِينَ وَإِذَا بَلَغَ عَشْرَ سِنِينَ فَاضْرِبُوهُ عَلَيْهَا

Telah menceritakan kepada kami Muhammad bin Isa bin Ali bin Abi Thalib-Thabba', telah menceritakan kepada kami Ibrahim bin Sa'd dari Abdul Malik bin Ar-Rabi' bin Sabrah dari Ayahnya dari Kakeknya dia berkata, Nabi bersabda, "Perintahkanlah anak kecil untuk melaksanakan salat apabila sudah mencapai umur tujuh tahun, dan apabila sudah mencapai umur sepuluh tahun maka pukullah dia apabila tidak melaksanakannya".

HR. Abu Daud, No.494, Derajat : Shahih, Kitab : Salat, Bab : Kapan anak kecil diperintahkan salat.

2. Pendidikan nilai-nilai kebaikan

حَدَّثَنَا قُتَيْبَةُ حَدَّثَنَا يَحْيَى بْنُ يَعْلَى عَنْ نَاصِحٍ عَنْ سِمَاكِ بْنِ حَرْبٍ عَنْ جَابِرٍ بْنِ سَمُرَةَ قَالَ قَالَ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ لَأَنْ يُؤَدِّبَ الرَّجُلُ وَلَدَهُ خَيْرٌ مِنْ أَنْ يَتَصَدَّقَ بِصَاعٍ قَالَ أَبُو عِيسَى هَذَا حَدِيثٌ غَرِيبٌ وَنَاصِحٌ هُوَ أَبُو الْعَلَاءِ كُوفِيٌّ لَيْسَ عِنْدَ أَهْلِ الْحَدِيثِ بِالْقَوِيِّ وَلَا يُعْرَفُ هَذَا الْحَدِيثُ إِلَّا مِنْ هَذَا الْوَجْهِ وَنَاصِحٌ شَيْخٌ آخَرُ بَصْرِيٌّ يَرْوِي عَنْ عَمَّارِ بْنِ أَبِي عَمَّارٍ وَغَيْرِهِ هُوَ أَثْبَتُ مِنْ هَذَا

Telah menceritakan kepada kami Qutaibah, telah menceritakan kepada kami Yahya bin Ya'la dari Nashih dari Simak bin Harb dari Jabir bin Samurah ia berkata, Rasulullah Shalallahu alaihi wassalam bersabda, "Seseorang yang mengajari anaknya tentang kebaikan adalah lebih baik baginya daripada ia bersedekah sebanyak satu sha'." Abu Isa berkata, Ini adalah hadits gharib. Nashih adalah Abul Ala Kufi, menurut Ahli hadits ia bukanlah termasuk rawi yang kuat. Dan hadits ini tidak diketahui kecuali dari jalur ini. Sedangkan Nashih adalah seorang syaikh yang lain, ia berasal dari Basrah dan meriwayatkan dari Ammar bin Abu Ammar dan juga selainnya, dan ia lebih kuat daripada yang ini.

HR. Tirmidzi, No. 1951, Derajat : Dhaif, Kitab : Berbakti dan menyambung silaturrahim, Bab : Adab anak.

3. Pendidikan etika

حَدَّثَنَا نَصْرُ بْنُ عَلِيُّ الْجَهْضَمِيُّ حَدَّثَنَا عَامِرُ بْنُ أَبِي عَامِرٍ الْخَزَّازُ حَدَّثَنَا أَيُّوبُ بْنُ مُوسَى عَنْ أَبِيهِ عَنْ جَدِّهِ أَنَّ رَسُولَ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ قَالَ مَا نَحَلَ وَالِدٌ وَلَدًا مِنْ نَحْلٍ أَفْضَلَ مِنْ أَدَبٍ حَسَنٍ قَالَ أَبُو عِيسَى هَذَا حَدِيثٌ غَرِيبٌ لَا نَعْرِفُهُ إِلَّا مِنْ حَدِيثِ عَامِرِ بْنِ أَبِي عَامِرٍ الْخَزَّازِ وَهُوَ عَامِرُ بْنُ صَالِحٍ بْنِ رُسْتُمَ الْخَزَّازُ وَأَيُّوبُ بْنُ مُوسَى هُوَ ابْنُ عَمْرِو بْنِ سَعِيدِ بْنِ الْعَاصِي وَهَذَا عِنْدِي حَدِيثُ مُرْسَلٌ

Telah menceritakan kepada kami Nashr bin Ali Al Jahdlami, telah menceritakan kepada kami Amir bin Abu Amir Al Khazzar, telah menceritakan kepada kami Ayyub bin Musa dari bapaknya dari kakeknya bahwa Rasulullah bersabda, "Tidak ada suatu pemberian seorang ayah kepada anaknya yang lebih utama daripada adab (akhlak) yang baik." Abu Isa berkata, Ini adalah hadits gharib, kami tidak mengetahuinya kecuali dari haditsnya Amir bin Abu Amir Al Khazzar, ia adalah Amir bin Shalih bin Rustum Al Khazzar. Sedangkan Ayyub bin Musa adalah Ibnu Amr bin Sa'id bin Al Ash. Dan menurutku, ini adalah hadits Mursal.

HR. Bukhari, No. 1952, Derajat : Dhaif, Kitab : Berbakti dan menyambung silaturrahim, Bab : Adab anak.

Dimasa ini orangtua kerap kali tak ambil pusing bagaimana proses pendidikan anaknya, mereka berlepas tangan, berharap sekolah dapat menjadikan anak mereka, anak yang Sholeh dan cerdas, sayangnya hal tersebut amat keliru sebab, orangtua memiliki porsi besar dalam pendidikan anaknya, dari ketiga hadist diatas sudah biasa kita simpulkan bahwa orangtua terutama ayah, harus aktif melihat pendidikan anaknya dan terlibat langsung untuk memberikan arahan, nasihat, contoh yang baik dan sebagainya. Barulah individu tersebut akan tumbuh menjadi seorang pribadi yang.

VI. Kesimpulan

Dari seluruh pemaparan diatas dapat kita pahami bahwa dalam hadist Nabi Muhammad Shalallahu alaihi wassalam, sudah begitu banyak yang membahas tema-tema pendidikan, bahkan dalam segala aspek spesifik, tentu hal ini harus membuat kita selaku pribadi muslim merasa bangga dan termotivasi untuk menggali lebih dalam hadist-hadist serta Sunnah Rasulullah, apalagi dalam bidang pendidikan, kita berharap hadist-hadist yang berkaitan dengan pendidikan sebagaimana dijelaskan dalam tulisan ini dapat terealisasi di kehidupan nyata, dapat di aplikasikan oleh seluruh penggerak pendidikan yang beragama Islam, agar generasi mendatang dapat memiliki kualitas yang tinggi sebab pendidikan mereka dilandaskan pada hadist-hadist Nabi Muhammad Shalallahu alaihi wassalam.






Posting Komentar

0 Komentar

Ad Code

Responsive Advertisement