Ad Code

Responsive Advertisement

Pembelaan Sejati

Bismillahirrahmanirrahim...


Teriakan-teriakan emosional bergema dari berbagai penjuru dunia, tingkah polah kita kalang kabut menolak produk ini dan itu. Kita kekal dalam kebingungan terhadap siapa diri kita sehingga tak mampu melakukan perlawanan yang berarti terhadap penindasan yang kita alami, kehormatan perlahan-lahan diangkat dari dalam diri kita sehingga dengan konyolnya beramai-ramai kita mengangkat tinggi-tinggi buah semangka, baik dijalan-jalan kota maupun dipostingan dunia maya. 

Ya selemah itu lah kita, kita berdalih bahwa setidaknya kita menunjukkan keberpihakan kita, seolah dengan begitu kita menjadi bagian dari perjuangan. Jika ini memang jalan yang tepat tentu Nabi Muhammad SAW, dan para sahabatnya akan menjadi influencer yang mengangkat isu-isu kemanusiaan dan tak perlu menyebabkan korban jiwa, sebagaimana yang dialami keluarga Yasir, Bilal, dan masih banyak lagi. 

Bercerminlah dengan wajah-wajah para penghuni surga, mereka yang menggenggam batu dihadapan tank-tank dan pesawat tempur, bom fosfor hingga senjata biologis, adakah kita mendekati ciri-ciri mereka?



Jika keberanian untuk meyakini mereka sebagai saudara sesama muslim tak mampu kita kemukakan sehingga perlu berdalih "Tak perlu menjadi muslim untuk membela Palestina, cukup menjadi manusia" maka tahanlah diri dari menunjukkan perlawanan yang sia-sia, persiapkan kedua kaki kita untuk bertahan dari badai yang kelak akan menerpa, ketahuilah mereka yang banyak bicara, meratap, berkoar di media (pro-amerika) adalah orang yang akan pertama kali memalingkan wajahnya saat hal serupa menimpa dirinya, mereka akan membalikkan badan dan berlari dari pertempuran, sebab dalam hatinya ada keengganan untuk bersikap secara tegas terhadap kebatilan. 

Apa yang hari ini terjadi hanyalah pola sama yang telah berulang kali terjadi, alangkah menyedihkan mereka yang tak mampu mengambil pelajaran dari masa-masa yang telah berlalu. Andalusia, Baghdad, Bosnia Herzegovina, Kosova, Phillipina, Checnya, Afghanistan, semuanya bermula dan akan berakhir dengan cara yang sama, tokohnya saja yang berubah tidak dengan polanya, maka telaah lah kisah mereka dan temukan dimana kunci keberhasilan mereka dan dimana celah kehancuran mereka. 

Qunut nazilah baru akan kita lantunkan manakala berita pembantaian terdengar, padahal diseluruh muka bumi sejak 1924 setiap insan yang meyakini Allah adalah Rabb-Nya yang esa, senantiasa tertindas, adakah kita melantunkan Qunut Nazilah untuk mereka? Bagaimana mungkin hal tersebut kita lakukan sedang kita tak mengenal dimana, siapa dan bagaimana umat Islam di seluruh dunia tertindas setelah hilangnya Turki Utsmani. 

Mereka tidak butuh uang kita, sebab Allah telah menjadikan mereka kaya, mereka tidak butuh pengakuan kita maupun dunia sebab Allah telah Ridha atas mereka, mereka tidak butuh ratapan, tangisan, keluhan kita sebab Allah telah letakkan surga dalam hati mereka. Mereka membutuhkan kita sebagai seorang muslim untuk berdiri tegak dimanapun kita berpijak, mengangkat kehormatan muslimin dimanapun kita berada sehingga kita punya kekuatan untuk datang ke tanah yang berkah tersebut dalam saf-saf yang berbaris rapi, inilah pembelaan yang sejati. 

Adakah kita rela meninggalkan dunia ini demi akhirat yang pasti, ataukah kita enggan mengejar syahid demi kehidupan yang semakin hari semakin sulit. Dengar dan bacalah dengan hati sehingga cahaya yang ada dalam tulisan ini dapat masuk kedalam diri. 

Sebagai penutup marilah kita hayati firman Allah Subhanahu Wa Ta'ala :

ÙŠٰۤـاَÙŠُّÙ‡َا الَّØ°ِÙŠْÙ†َ اٰÙ…َÙ†ُÙˆْۤا اِÙ†ْ تَـنْصُرُوا اللّٰÙ‡َ ÙŠَÙ†ْصُرْÙƒُÙ…ْ ÙˆَÙŠُØ«َبِّتْ اَÙ‚ْدَا Ù…َÙƒُÙ…ْ

"Wahai orang-orang yang beriman! Jika kamu menolong (agama) Allah, niscaya Dia akan menolongmu dan meneguhkan kedudukanmu."

(QS. Muhammad 47: Ayat 7)

Wassalam.

Ash-Shalih Malik Bin Ibrahim As-Salim

Posting Komentar

0 Komentar

Ad Code

Responsive Advertisement